Notification

×

Bursa Mobile

Indahnya Omset Kembang Pihong, Si Bunga Tabur

Sabtu, 24 Juni 2017 | Juni 24, 2017 WIB Last Updated 2022-06-10T03:37:08Z
Doc.Image Tapak Jurnal
Bogor - (25/06/17). Saat hari raya Idulfitri maupun hari-hari biasa. Ya, itulah keseharian para tukang kembang atau para penjual Kembang Pihong (Bunga Tabur).

Kembang pihong atau dikenal  juga dengan sebutan kembang pacar biasa digunakan untuk 'Nyekar' (Sekar Makam). 

Bunga pihong juga biasa digunakan untuk keperluan ritual baik itu keagamaan maupun kebutuhan syare'at.

Mengenai keuntungan yang diperoleh, sebut saja Sopiah (55), salah satu pedagang bunga pihong yang biasa berjualan di area tempat pemakaman umum (TPU).

Bersama temannya, beliau mampu meraih omset mencapai ratusan ribu – hingga jutaan rupiah tergantung ramainya pembeli.

Pada moment Hari Raya Idulfitri, beliau menyempatkan diri berjualan kembang tabur.


Doc.Image Tapak Jurnal
Ada pedagang tetap, ada juga yang musiman. kalau yang musiman biasanya berdagang pada hari-hari tertentu saja seperti pada saat hari raya Nyekar pas Idulfitri, Munggah, dan Bulan Ramadan. 

Sedangkan untuk pedagang tetap mereka memang berjualan setiap harinya. Akan tapi jualannya kebanyakan di pasar-pasar tradisional. 

"Seperti Ibu saya yang sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Serpong, Tangerang Selatan," ungkap Sopiah kepada Tapak Jurnal.

Selain bunga tabur, Sopiah juga menjual Air Mawar sebagai pelengkap untuk nyekar. Dalam 1 kantong plastik, biasanya terdiri dari Bunga kantil (Cempaka), Kenanga, melati, Bunga kuning, dan Irisan rampai (Daun pandan) yang di mix dalam satu kantong plastik.

Untuk harga 1 kantong plastik bunga tabur ini bervariasi mulai 3.000 sampai 5.000 rupiah tergantung dari seberapa banyak takaran yang dipesan.

Selain bunga pihong, Sopiah juga menjual Air Mawar, Kapur Sirih, Kemenyan, Bako, Lisong, Gambir, dan Rujakan. Air Mawar biasa ia jual dengan harga 25.000 sampai 30.000 rupiah.

“Ada air mawar, tapi kalo saya jualan di pasar, saya juga jual Kapur Sirih, Kemenyan, Bako, Lisong, Gambir, dan Rujakan," ujarnya.

Doc.Image Tapak Jurnal
Untuk memasok stok bunga pihong, Sopiah biasa memesan dari saudaranya yang memang bertani bunga pihong ini. 

Biasanya Sopiah memesannya dalam skala besar (borongan). bahkan menurutnya, kalau pasokan bunga pihong sedang langka, itu bisa jadi rebutan sesama pedagang bunga. Maka dari itu ia juga harus memesannya dari jauh jauh hari.

Sama halnya seperti pasokan bunga pacar atau pihong ini, Sopiah juga kerapkali kesulitan untuk mendapatkan pelengkap Rampai (Irisan daun pandan). Yang memang stok dari para petani dan pemasok juga terbatas. Menyiasati hal tersebut, Sopiah juga menanam daun pandan sedikitnya sebagai pelengkap jika sewaktu-waktu kehabisan stok.

Dibantu anaknya, menjelang sore Sopiah mulai sibuk mempersiapkan segala kebutuhannya serba serbi untuk berdagang bunga pihong esok hari. Seperti, mengiris rampai (daun pandan) serta membungkus kapur sirih jika beliau berjualan di pasar tradisional.

Sopiah biasa berangkat dari rumahnya untuk berjualan bunga pihong pada pagi hari. Ba'da sholat subuh, ia sudah berada di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk menjajakan dagangannya.

Jikalau ia berjualan di pasar tradisional, waktu menjelang pagi, kira-kira pukul 02.00 AM, Sopiah sudah berkumpul dengan teman-temannya dijemput menggunakan angkutan umum yang biasa disewa oleh pasukan tukang kembang.



Doc.Image Tapak Jurnal
Para pedagang biasa memasok bunga tabur ini dari para petani yang memang menanam bunga pihong (Bunga Tabur) dan ada juga yang memasok dari Pasar Rawa Belong yang khusus menjual bunga tabur, bahkan ada pula yang menanam sendiri di rumah.

Itulah kisah serba serbi dari pedagang bunga pihong

Share, jika artikel ini menarik dan bermanfaat !.

Salam Bisnis, Tapak Jurnal.








Website Instan
×
Berita & Artikel Perbarui
               
         
close