Bogor - (25/06/17). Saat hari raya Idulfitri maupun hari-hari biasa. Ya, itulah keseharian para tukang kembang atau para penjual Kembang Pihong (Bunga Tabur).
Kembang pihong atau dikenal juga dengan sebutan kembang pacar biasa
digunakan untuk 'Nyekar' (Sekar Makam).
Bunga pihong juga biasa digunakan untuk
keperluan ritual baik itu keagamaan maupun kebutuhan syare'at.
Mengenai keuntungan
yang diperoleh, sebut saja Sopiah (55), salah satu pedagang bunga pihong yang biasa berjualan di area tempat pemakaman umum (TPU).
Bersama temannya, beliau mampu meraih omset mencapai ratusan ribu – hingga jutaan rupiah tergantung ramainya pembeli.
Pada moment Hari Raya Idulfitri, beliau
menyempatkan diri berjualan kembang
tabur.
Ada pedagang tetap,
ada juga yang musiman. kalau
yang musiman biasanya berdagang pada hari-hari tertentu saja seperti pada saat
hari raya Nyekar pas Idulfitri, Munggah, dan Bulan Ramadan.
Sedangkan untuk
pedagang tetap mereka memang berjualan setiap harinya. Akan tapi jualannya kebanyakan
di pasar-pasar tradisional.
"Seperti Ibu saya yang sudah puluhan tahun berjualan di Pasar Serpong, Tangerang Selatan," ungkap Sopiah kepada Tapak Jurnal.
Selain bunga tabur, Sopiah juga menjual Air Mawar sebagai pelengkap untuk nyekar.
Dalam
1 kantong plastik, biasanya terdiri dari Bunga kantil (Cempaka), Kenanga,
melati, Bunga kuning, dan Irisan rampai (Daun pandan) yang di mix dalam satu
kantong plastik.
Untuk harga 1 kantong
plastik bunga tabur ini bervariasi mulai 3.000 sampai 5.000 rupiah tergantung dari seberapa banyak takaran
yang dipesan.
Selain bunga pihong, Sopiah juga menjual Air Mawar, Kapur Sirih, Kemenyan, Bako, Lisong,
Gambir, dan Rujakan. Air Mawar biasa
ia
jual dengan harga 25.000 sampai 30.000 rupiah.
“Ada
air mawar, tapi kalo saya jualan di pasar, saya juga jual Kapur Sirih, Kemenyan,
Bako, Lisong, Gambir, dan Rujakan," ujarnya.
Doc.Image Tapak Jurnal
Untuk memasok stok bunga pihong, Sopiah biasa memesan dari
saudaranya yang memang bertani bunga pihong ini.
Biasanya Sopiah memesannya
dalam skala besar (borongan). bahkan menurutnya, kalau pasokan bunga pihong
sedang langka, itu bisa jadi rebutan sesama pedagang bunga. Maka dari itu ia juga
harus memesannya dari jauh jauh hari.
Sama halnya seperti pasokan bunga pacar atau pihong ini, Sopiah juga kerapkali kesulitan untuk mendapatkan pelengkap Rampai (Irisan daun pandan). Yang memang stok dari para petani dan pemasok juga terbatas. Menyiasati hal tersebut, Sopiah juga menanam daun pandan sedikitnya sebagai pelengkap jika sewaktu-waktu kehabisan stok.
Dibantu anaknya, menjelang sore Sopiah mulai sibuk mempersiapkan segala kebutuhannya serba serbi untuk berdagang bunga pihong esok hari. Seperti, mengiris rampai (daun pandan) serta membungkus kapur sirih jika beliau berjualan di pasar tradisional.
Sopiah biasa berangkat dari rumahnya untuk berjualan bunga pihong pada pagi hari. Ba'da sholat subuh, ia sudah berada di area Tempat Pemakaman Umum (TPU) untuk menjajakan dagangannya.
Jikalau ia berjualan di pasar tradisional, waktu menjelang pagi, kira-kira pukul 02.00 AM, Sopiah sudah berkumpul dengan teman-temannya dijemput menggunakan angkutan umum yang biasa disewa oleh pasukan tukang kembang.
Para pedagang biasa
memasok bunga tabur ini dari para petani yang memang menanam bunga pihong (Bunga Tabur) dan ada juga yang memasok dari Pasar Rawa Belong yang khusus menjual bunga tabur, bahkan ada pula yang menanam
sendiri di rumah.
Itulah kisah serba serbi dari pedagang bunga pihong
Share, jika artikel ini menarik dan bermanfaat !.
Salam Bisnis, Tapak Jurnal.